BAB 11 (Positioning)
Positioning,
istilah ini menjadi begitu popular tidak hanya di dunia periklanan, tetapi juga
bidang lain. Menurut Ries dan Trout, dalam mengembangkan suatu ide kreatif
orang-orang iklan memusatkan perhatian pada karakteristik atau figure produk
dan costumer benefits. Fokusnya
adalah produk tersebut memberi keuntungan / kelebihan bagi konsumen.
Yang mula mula memperkenalkan dan mengembangkan ide yang
product oriented ini adalah Rosser Reeves dari biro iklan Ted Bates. Rosser Reeves menyebutnya USP, singkatan dari Unique Selling Proporsition. Dalam
memasuki persaingan, carilah keistimewaan atau keunikan produk kita itu yang
tidak dimiliki pesaing. Dalam perkembangannya, istilah ini dikenal dengan brand positioning atau product positioning.
Tahap berikutnya disebut oleh Ries dan Trout sebagai the image era. Arsitek yang menciptakan
ide product image atau brand image ini adalah David Ogilvy.
Menurut Ries dan Trout, reputasi serta citra lebih penting daripada sekedar
keistimewaan atau kelebihan suatu produk. Memang Ogilvy berhasil membuktikan
kebenaran idenya ini antara lain melalui kampanye periklanan kemeja Hathaway,
mobil Rolls-Royce, minuman Schweppes, dan sejumlah produk lainnya. Namun,
seperti juga ide, product oriented
kehilangan keampuhan karena banyaknya me
too product.
Menurut Ries dan Trout, sesudah product era dan the image
era ternyata tidak lagi ampuh untuk menentukan positioning sebuah produk, kini
kita sampai pada zaman the positioning era. Kreativitas, menurut Ries dan
Trout, tidak lagi menjadi kunci keberhasilan. Untuk berhasil dalam masyarakat
atau pasar yang sudah jenuh dengan berbagai merek produk serta sudah demikian
tingginya hiruk pikuk periklanan, kita harus
menciptakan posisi dalam pikiran atau benak konsumen atau prospek.
No comments:
Post a Comment